Seni Berbicara Pada Anak

 

Judul buku non fiksi memang tidak pernah berkhianat. Dengan membaca judulnya kita pun akan tahu apa isi dalam buku tersebut. Dalam menulis suatu buku kebanyakan adalah pengalaman penulis pribadi yang ingin dibagikan sebagai pelajaran untuk orang lain. Penulis ingin menyatakan bahwa saya telah berhasil melakukan sesuatu yang kebanyakan orang masih belum tau bagaimana caranya. Yeah, itu adalah gambaran awal tentang buku ini. Semua tulisan dalam buku ini merupakan kisah nyata yang dialami Joanna Faber & Julie King, dua sahabat yang saling bercurah gagasan dengan subyek penelitian anak-anak mereka.

Satu hal yang secara turun-temurun salah ialah ketika pembaca melihat di toko buku mereka akan berpikiran “oh itu buku untuk orang tua” lalu pergi meninggalkan begitu saja. Padahal tidak semua buku bergenre parenting adalah buku untuk orang tua. Saya lebih setuju untuk menyebutnya ‘buku persiapan menjadi orang tua’. Jika dipikir-pikir kembali sebenarnya tidak harus orang tua yang berhak membaca buku ini karena ketika status kita menjadi kakak kita pun memerlukannya untuk bisa menangani adik, ponakan dan seseorang disekeliling yang bisa disebut ‘anak’. Pastinya mereka yang berumur 2-7 tahun. Dalam praktik alangkah lebih baik jika sudah mengetahui teorinya untuk meminimalisir kesalahan.

**CERITA SATU**

Beberapa hal sederhana yang menarik dari buku ini adalah ketika orang tua berjanji akan mampir ke taman bermain sepulang dari perjalanan. Waktu sudah menunjukkan pukul 22.00 malam dan sang anak terlelap dalam tidurnya. Secara otomatis orang tua tidak membangunkan karena tidak tega dan karena sudah tidak seharusnya berada dalam taman bermain dilarut malam. Alhasil ketika sampai di rumah secara tersadar sang anak bangun dan menagih janji dengan marah layaknya seorang anak. Sang ibu mencoba menenangkan dengan membawa selembar kertas dan krayon sambil menggambar berkata :

 “mainan apasih yang paling kamu sukai di taman bermain itu sampai ibu harus membangunkanmu?”

“ayunan,”katanya, maka sang ibu menggambar ayunan

“tambahkan perosotan.” sang ibu pun menggambarnya

“bagaimana kalau kita tambah jembatan?” tanya sang ibu

“iya..iyaa..” jawabnya

            Sang anak begitu senang sampai ingin menempel gambaran itu pada dinding rumah dan selamatlah malam itu.

**CERITA DUA**

            Banyak cara anak-anak akan menunda dan enggan untuk mandi. Pertarungan setiap pagi pun membuat sang ibu lelah, akhirnya sang ibu memiliki catatan formal yang disebut “kartu perjanjian” untuk mandi. Sang ibu menawarkan waktu pilihan untuk mandi dengan beberapa penawaran istimewa.

            Pukul 06.00 : penawaran spesial dengan gelembung sabun

            Pukul 06.30 : penawaran spesial dengan ikan mainan

            Pukul 07.00 : penawaran spesial dengan gelas

            Anak-anak hanya perlu memilih paket yang mereka inginkan dan sang ibu kagum melihat cara ini bekerja.

**CERITA TIGA**

            Anak-anak akan paling susah disuruh membereskan mainan dan hasil akhirnya pun bisa ditebak. Orang tua lah yang kalah, mau tidak mau akhirnya kita pun yang akan membereskannya. Orang tua bisa menggunakan cara magic seperti membuat benda mati berbicara sambil bercanda dengan nada yang dibuat-buat untuk menghibur mereka :

            “heiii, beri akau makan dengan mainan ituuu, aku tas kosong yang kelaparan”

            “nyammm nyammm, aku suka sekalii, tambah lagiii, itu disana masih ada bongkahan blok mainan, aku mau yang itu …”

            Dan yaaa, cara ini benar-benar berhasil. Orang tua juga mengatakan “heiii, aku kaos kak kosong, aku butuh kakii. Beri aku kaki supaya aku bisa melindungi kaki mu”. Cobalah membuat segala sesuatu tampak hidup ketika mereka tidak mau menuruti kita. Secara tidak langsung akhirnya anak-anak akan melakukan sesuai yang kita mau.

                                                                        ***

Apakah kita memiliki anak yang pemalas, tidak bertanggung jawab, susah diatur, nakal? Hmm rasanya tidak pantas memberi julukan seorang anak kecil yang masih dalam tahap perkembangan dengan sebutan itu. Penulis layaknya sudah mengetahui bahwa buku yang bagus adalah kombinasi tulisan dengan gambar dan itulah yang penulis lakukan. Tak lupa diakhir setiap bab selalu dituliskan ringkasan singkat poin-poin penting untuk memudahkan pembaca mengingat. Inilah saatnya mengubah cara kerja supaya hasilnya berbeda. Selamat membaca J

 

Judul                     : Seni Berbicara Pada Anak

Penulis                 : Joanna Faber & Julie King

Penerjemah         : Agustina Wijayani

Penerbit               : Bhuana Ilmu Populer

Tahun terbit        : cetakan ke 5, 2020

Jumlah                  : 404 halaman

ISBN                     : 978-623-216-595-3

 

Article by :

Putri Setyowati

-Self Improvement Book Lovers and Local Guide Indonesia-

Find out me on Instagram @putrisetyo

Kode Konten: D122

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *